Angin malam menghembus sunyinya kehidupan, seraya menusuk sendi – sendi dalam tubuhku. Tak jarang semilir embun melalui pori – pori kulit meresap kedalam urat nadiku. Sejenak aku berfikir. Apa yang harus aku lakukan???? (mecek sapok)……!!!!!
Berawal dari sebuah kepekatan. Hidupku terasa mengambang ketika dikaitkan dengan masalah kehidupan. Sebut saja namaku “Zah”. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Waktu itu aku masih duduk dibangku SMP. Kelas I aku sangat menikmati kesenangan, biasalah semuanya masih serba baru… Kelas II aku sudah mulai meranjak untuk berfikir. Secara otomatis sedikit banyak, aku sudah bisa memahami karakter dari masing – masing teman yang aku kenal. Tanpa aku sadari aku mengikuti jejak teman – teman, sehingga aku sempat terjerat dalam dunia kemaksiatan…… Tapi Alhamdulillah kenakalan itu tidak terulang di kelas III. Di kelas III aku mulai sadar dan mau berfikir dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dan aku sadar bahwa semua yang telah aku lakukan hanyalah jejak nafsu syetan belaka.
(te ngateh yeh mun nyareh kancah)………..!!!
Semilir angin selalu menghiasi ruang waktuku. Matahari bergegas tuk pulang keperaduannya. Nyanyian burungpun enggan tuk melantunkan syair dalam kicaunya, sementara seruan ilahi tlah berbisik dalam telinga. Seiring dengan desas-desis angin dalam gelapnya malam, terlintas dalam benakku untuk memperbaiki kehidupanku, singkat cerita akhirnya aku memutuskan untuk mendalami dunia pesantren dan akhirnya aku menjadi santri di salah satu ponpes MANSYA’UL ULUM, Jl. Sumber Agung No.128 Ganjaran- Gondanglegi-Malang.
Seiring dengan berputarnya roda kehidupan, selama lima tahun aku berkecipung di dunia pesantren. Di pesantren itulah aku mencari jati diriku. Sambil tertatih-tatih aku meniti karir. Kebetulan aku sekolah di MA. Mansya’ul Ulum (jurusan bahasa)… Tahun 2000 aku masuk di pesantren itu. Melalui tes penerimaan santri di ponpes tersebut, akhirnya aku diterima untuk menjadi keluarga besar ponpes tersebut. Selama dua minggu aku belum bisa beradap tasi, dengan pesantren itu. Selama dua minggu itu aku belum diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan pesantren. Melaikan aku ditugaskan untuk mengembala kambing peliharaan pengasuh di ponpes tersebut. Cuman sedikit sih, hanya 40 ekor ja… Akhirnya aku putus asa, dan berfikir untuk kembali ke rumah. Aku menghadap pengasuh untuk berpamitan. Wal-hasil permohonanku tidak dikabulkan. Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah. Aku mendaftarkan diri, dan aku menjadi siswa di MA. Mansya’ul Ulum. Kamu tau nggak…..!!! ternyata aku adalah angkatan pertama di MA itu.
Dari situ aku bisa merasakan sesuatu yang hilang dari lembaga tersebut. Aku menhadap kepala sekolah dan mengusulkan agar sekolah ini dibentuk OSIS, dengan latar belakang bahwa kegiatan dalam organisasi yang ada di sekolah ini sangat kurang. Selama ini yang ada hanya KBM saja. Akhirnya melalui proses rapat guru dan sebagian pengurus yayasan, usul aku diterima…
Keesokan harinya diadakan rapat voting terbuka antara guru dan semua siswa MI,MTs,MA. Adapun kandidat/calon ketua OSIS waktu itu ada tiga kandidat, salah satunya adalah aku (tanpa pemberitahuan, semua guru mencalonkan aku). Akhirnya aku terpilih menjadi ketua OSIS di lembaga tersebut… (sossa tengkannah, keng ejehkajeh).
Berbagai cara q lakukan hingga aku bersama teman-teman pengurus OSIS menyusun program kerja untuk membawa dan mengembalikan nama baik lembaga yang sempat musnah di kaca mata masyarakat. Dengan izin ALLAH kami bisa melaksanakan semua program kerja yang kami susun, hingga akhirnya Mansya’ul Ulum sedikit dikenal ditengah-tengah masyarakat.
Dua tahun aku menjabat ketua OSIS. Dari osis itulah aku meniti karirku, hingga akhirnya teman aku semakin bertambah. Banyak orang mengenal aku, baik di sekolah aku sendiri maupun disekolah yang lain… bagaimana tidak, ketua osis dan sekretarisnya sering diundang dan mengikuti rapat dari sekolah ke sekolah yang ada di kecamatan itu, hingga aku banyak kenal dengan siswa sekolah lain baik yang cowok maupun yang cewek…. Pada tahun 2003 aku lulus dari MA , kemudian aku dipercaya di lembaga tempat aku sekolah itu, dari 11 teman kelas aku (cewek 9+cowok 4) hanya tiga anak yang mendapat kepercayaan itu, aku dan kedua teman cewek aku. Semuanya dijadikan TU. Ada yang di MTs. Ada yang di TK. Kebetulan aku kebagian yang MI. Kepala sekolahku sangat baik, dan aku sangat dipercaya oleh kepalaku. Acap kali aku keluar (urusan sekolah) dengan kepalaku. Aku merasa senang dan sedikit bangga akan apa yang aku dapat. Tapi rupanya Allah tidak meridhoi kebanggaanku. Aku diberi cobaan yang sangat amat menyakitkan. Semua temanku membenci aku dan juga kedua teman cewek aku yang sama-sama dipercaya untuk menjadi TU di lembaga itu.
Dengan berbekal tekat dan keyakinan, aku yakin bahwa Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan hambanya. Dari keyakinan itulah aku sempat berfikir bahwa dibalik semua itu pasti ada hikmahnya. Alhamdulillah akhirnya aku bisa bertahan sampai satu tahun enam bulan aku mengabdikan diri sebagai TU di lembaga tempat aku sekolah itu. Selama aku mengabdikan diri di lembaga itu, aku sempat kuliah di STAI AL-QOLAM, cabang UNISMA Malang, tapi hanya satu semester, dan memutuskan untuk kembali pulang ke kota asalku. Di kota inilah aku memulainya dari awal lagi. Aku melanjutkan pendidikanku di UNJ. Aku mengambil jurusan PGMI. Dua tahun aku menjalani kuliah, hingga pada akhirnya aku lulus dengan menyandang Ijazah Sarjana Muda. Di saat aku melaksanakan prosesi wisuda, aku duduk di deretan bangku nomor 3 dari depan. Saat itu pula, rasa senang, bangga telah membaur dan membentuk butiran-butiran air mata kebahagiaan. Aku merasa selama sekian tahun aku menantikan impian itu, dan kini aku sudah mendapatkannya. Tidak sia-sia kedua orang tuaku tertatih-tatih untuk membiayaiku. Setidaknya aku sudah memberikan yang terbaik untuk membalas jasa orang tuaku. Walaupun yang aku persembahkan itu tidaklah cukup untuk mengimbangi pengorbanan kedua orang tuaku.
Kini aku hanya bisa bersyukur atas apa yang telah ALLAH berikan kepadaku........karna Allah melalui orang tuaku telah menjadikan aku seperti sekarang ini… Mudah-mudahan Allah selalu memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada kita dan juga kedua orang tuaku, Amien…Amien…Amien… Ya Robbal Alamien….
Probolinggo, 17 Juli 2011
0 komentar:
Posting Komentar