Sebut saja namaku Pa'i, sebagian temen-temen aku di kampong memanggilku
Bang Pa'i. Aku hanyalah pemuda dari keluarga sederhana. Wajahku sih tidak terlalu ca’em, tapi meskipun
begitu, banyak cewek-cewek yang naksir ma aku. Dan aku tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu. Namanya anak muda yang pasti banyak ceweknyalah. Tapi
sebenarnya bukan itu yang ingin aku ceritakan, ada kisahku yang lebih menarik
dari itu dan menjadi sejarah terbesar dalam percintaanku. Langsung aja aku
ceritakan ya…..?
Ketika itu aku masih berumur 23 thn,
dan aku bekerja di suatu pabrik garmen yang cukup terkenal di kota tempat
tinggalku. Aku mempunyai teman cewek namanya Karin dan juga kebetulan, Karin teman satu pabrik. Dia sangat akrab denganku, aku
juga sering main kerumahnya. Aku juga akrab dengan kedua orang tuanya. Mereka
tlah menganggap aku sebagai keluarganya sendiri. Tanpa aku sadari, ternyata
Karin menaruh hati kepadaku, begitu juga
dengan kedua orang tuanya, mereka sangat mengharap aku yang menjadi
menantunya. Sebenarnya tidak bisa aku pungkiri juga, kalau aku juga suka pada
Karin. Karna dia selain baik orangnya dan mempunyai wajah yang cukup manis.
Tapi karna aku masih belum memikirkan masalah pernikahan, jadi aku pendam saja
perasaan itu. Sampai akhirnya ada seorang pemuda yang bernama Jamal, yang juga
satu kota denganku dan dia juga teman satu pabrik denganku. Jamal ingin
meminang Karin. Berkali-kali Jamal itu datang meminang Karin, Berkali-kali juga
Karin dan orang tuanya menolaknya karna
memang mereka sangat mengharapkan aku yang menjadi suami anak sebatang
wayangnya itu. Akhirnya Jamal tahu alasan Karin menolak jamal. Suatu hari Jamal datang kerumahku
menanyakan hubunganku dengan Karin. Aku bilang aja kalau aku dan Karin tidak
lebih dari sebatas teman saja. Dan waktu itu juga Jamal curhat kepadaku kalau
dia sangat mencintai Karin dan ingin memperistri Karin. Tapi Karin menolaknya
karna Karin suka sama aku. Karna itulah Jamal memintaku untuk
menolongnya.sebagai teman yang baik tentu saja aku mau menolong jamal. Aku datang
kerumah Karin tuk memperjelas semuanya. Aku bilang kalau aku tidak mungkin bisa
menjadi bagian dari keluarganya karna aku masih lum siap untuk mikirin masalah
nikah. Aku ingin membahagiakan orang tuaku. Aku masih ingin bekerja tuk bekal
masa depan aku dan keluargaku. Aku juga meminta Karin tuk mau menerima jamal
sebagai suaminya karna menurut aku jamallah yang lebih pantas menjadi suaminya.
Akhirnya dengan berat hati Karin mengabulkan permintaanku dengan mengajukan
beberapa syarat. Pertama Karin minta
aku untuk memili undangan pernikahan mereka sesuai seleraku. Kedua Aku harus menemani Karin saat dia
dimake up. Ketiga aku tidak boleh
pulang sebelum acara selesai. Yach…… Akhirnya aku menyetujui syarat tersebut
karna calon suaminya juga memaksaku tuk menyetujui syarat itu.
Hari berganti hari, bulan berganti
bulan. Mataharipun hanyut ditelan waktu. Hingga akhirnya hari pernikahanpun
tiba. Aku datang ke acara pernikahan mereka masih dengan seragam kerjaku. Aku
mang tidak sempat pulang karna tadinya aku kerja lembur. Sesampai di rumah
Karin dan tanpa aku sangka Karin benar-benar menungguku. Dia tidak mau di make
up sebelum aku datang menemani dia. Di dalam kamar make up, Karin mengambil
topiku dan menyimpan di lemarinya. Katanya biar di pakek oleh suaminya. Dengan
melihat suaminya memakai topi itu sama halnya Karin melihat aku pada sosok
suaminya itu. Tugaskupun masih lum selesai sampai itu,ada aja permintaan Karin
yang aneh-aneh kepadaku sampai-sampai aku malu sendiri kepada semua undangan
yang hadir, karna aku mang jadi pusat perhatian mereka. Semua mata memandangku.
Suaminya hanya mengiyakan saja permintaan Karin. Mungkin karna saking cintanya
kali sama sang istri. Ketika kedua mempelai telah singgah di pelaminan, Akupun meninggalkan Karin tuk membeli makanan
karna memang perutku sangat lapar sekali waktu itu. Eh..Eh..Eh…..ternyata Karin
bela-belain keluar meniggalkan suaminya tuk mencariku keluar. Karin keluar
masih dengan busana pengantin lengkap.
Tak urung aku kembali jadi pusat perhatian orang-orang luar. Setelah
menghabiskan makananku aku dan Karin kembali ke tempat acara. Ya…tentu saja
dengan perasaan was-was, takut di keroyok oleh keluarga jamal. Sampai di tempat
acara Karin memintaku untuk foto bersama dia. Lagi-lagi si Jamal mengabulkan
permintaan Karin. Kami bertiga foto di dalam kamar pengantin dan Karin ada di
posisi tengah. Dan kembali Karin buat ulah. Dia foto sambil menyandar ke pundakku
bukan ke pundak suaminya. Bisa di bayangkan betapa malunya aku kepada jamal. Di
dalam hati aku berdoa agar kameranya nggak bias dioprasikan. Alhamdulillah,
ternyata Allah mengabulkan doaku. Ternyata film (fuji film) nya habis. Dan untung aja setelah acara selesai, Karin tidak
memintaku tuk menemani malam pertamanya
di dalam kamar pengantinnya…
Bisa-bisa jadi brabe he he…..
Tapi…
Kalo emang ya,
kenapa nggak…
he.. he..!!!!
OK, Brow...sampai jumpa di kisah-kisah berikutnya...
Wassalam...
AZ. Roni
pujangga baru, 03
0 komentar:
Posting Komentar