Sabtu, 10 September 2011

Ketika Cinta Harus Berbicara


             Sebut saja namaku Pa'i, sebagian temen-temen aku di kampong memanggilku Bang Pa'i. Aku hanyalah pemuda dari keluarga sederhana.  Wajahku sih tidak terlalu ca’em, tapi meskipun begitu, banyak cewek-cewek yang naksir ma aku. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Namanya anak muda yang pasti banyak ceweknyalah. Tapi sebenarnya bukan itu yang ingin aku ceritakan, ada kisahku yang lebih menarik dari itu dan menjadi sejarah terbesar dalam percintaanku. Langsung aja aku ceritakan ya…..? 
            Ketika itu aku masih berumur 23 thn, dan aku bekerja di suatu pabrik garmen yang cukup terkenal di kota tempat tinggalku. Aku mempunyai teman cewek namanya Karin dan juga kebetulan, Karin  teman satu pabrik. Dia sangat akrab denganku, aku juga sering main kerumahnya. Aku juga akrab dengan kedua orang tuanya. Mereka tlah menganggap aku sebagai keluarganya sendiri. Tanpa aku sadari, ternyata Karin menaruh hati kepadaku, begitu juga  dengan kedua orang tuanya, mereka sangat mengharap aku yang menjadi menantunya. Sebenarnya tidak bisa aku pungkiri juga, kalau aku juga suka pada Karin. Karna dia selain baik orangnya dan mempunyai wajah yang cukup manis. Tapi karna aku masih belum memikirkan masalah pernikahan, jadi aku pendam saja perasaan itu. Sampai akhirnya ada seorang pemuda yang bernama Jamal, yang juga satu kota denganku dan dia juga teman satu pabrik denganku. Jamal ingin meminang Karin. Berkali-kali Jamal itu datang meminang Karin, Berkali-kali juga Karin  dan orang tuanya menolaknya karna memang mereka sangat mengharapkan aku yang menjadi suami anak sebatang wayangnya itu. Akhirnya Jamal tahu alasan Karin  menolak jamal. Suatu hari Jamal datang kerumahku menanyakan hubunganku dengan Karin. Aku bilang aja kalau aku dan Karin tidak lebih dari sebatas teman saja. Dan waktu itu juga Jamal curhat kepadaku kalau dia sangat mencintai Karin dan ingin memperistri Karin. Tapi Karin menolaknya karna Karin suka sama aku. Karna itulah Jamal memintaku untuk menolongnya.sebagai teman yang baik tentu saja aku mau menolong jamal. Aku datang kerumah Karin tuk memperjelas semuanya. Aku bilang kalau aku tidak mungkin bisa menjadi bagian dari keluarganya karna aku masih lum siap untuk mikirin masalah nikah. Aku ingin membahagiakan orang tuaku. Aku masih ingin bekerja tuk bekal masa depan aku dan keluargaku. Aku juga meminta Karin tuk mau menerima jamal sebagai suaminya karna menurut aku jamallah yang lebih pantas menjadi suaminya. Akhirnya dengan berat hati Karin mengabulkan permintaanku dengan mengajukan beberapa syarat. Pertama Karin minta aku untuk memili undangan pernikahan mereka sesuai seleraku. Kedua Aku harus menemani Karin saat dia dimake up. Ketiga aku tidak boleh pulang sebelum acara selesai. Yach…… Akhirnya aku menyetujui syarat tersebut karna calon suaminya juga memaksaku tuk menyetujui syarat itu.
            Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Mataharipun hanyut ditelan waktu. Hingga akhirnya hari pernikahanpun tiba. Aku datang ke acara pernikahan mereka masih dengan seragam kerjaku. Aku mang tidak sempat pulang karna tadinya aku kerja lembur. Sesampai di rumah Karin dan tanpa aku sangka Karin benar-benar menungguku. Dia tidak mau di make up sebelum aku datang menemani dia. Di dalam kamar make up, Karin mengambil topiku dan menyimpan di lemarinya. Katanya biar di pakek oleh suaminya. Dengan melihat suaminya memakai topi itu sama halnya Karin melihat aku pada sosok suaminya itu. Tugaskupun masih lum selesai sampai itu,ada aja permintaan Karin yang aneh-aneh kepadaku sampai-sampai aku malu sendiri kepada semua undangan yang hadir, karna aku mang jadi pusat perhatian mereka. Semua mata memandangku. Suaminya hanya mengiyakan saja permintaan Karin. Mungkin karna saking cintanya kali sama sang istri. Ketika kedua mempelai telah singgah di pelaminan,  Akupun meninggalkan Karin tuk membeli makanan karna memang perutku sangat lapar sekali waktu itu. Eh..Eh..Eh…..ternyata Karin bela-belain keluar meniggalkan suaminya tuk mencariku keluar. Karin keluar masih dengan  busana pengantin lengkap. Tak urung aku kembali jadi pusat perhatian orang-orang luar. Setelah menghabiskan makananku aku dan Karin kembali ke tempat acara. Ya…tentu saja dengan perasaan was-was, takut di keroyok oleh keluarga jamal. Sampai di tempat acara Karin memintaku untuk foto bersama dia. Lagi-lagi si Jamal mengabulkan permintaan Karin. Kami bertiga foto di dalam kamar pengantin dan Karin ada di posisi tengah. Dan kembali Karin buat ulah. Dia foto sambil menyandar ke pundakku bukan ke pundak suaminya. Bisa di bayangkan betapa malunya aku kepada jamal. Di dalam hati aku berdoa agar kameranya nggak bias dioprasikan. Alhamdulillah, ternyata Allah mengabulkan doaku. Ternyata film (fuji film) nya habis. Dan untung aja setelah acara selesai, Karin tidak memintaku tuk menemani  malam pertamanya di dalam kamar pengantinnya…
Bisa-bisa jadi brabe he he…..
Tapi…
Kalo emang ya, kenapa nggak…
he.. he..!!!!

OK, Brow...sampai jumpa di kisah-kisah berikutnya...
Wassalam...

AZ. Roni
pujangga baru, 03


0 komentar:




Diberdayakan oleh Blogger.